Budaya Sebagai Warisan Yang Melekat Dalam Diri Setiap Manusia Indonesia

BAB I

PENDAHULUAN

 1.1 Latar Belakang

Budaya sebagai warisan yang melekat dalam diri setiap manusia indonesia sudah sekali jarang kita lihat atau bisa punah karena jaman sekarang hanya mengikuti trend yang sedang booming tanpa melihat budaya kita sendiri.seharusnya sebagai generasi penerus bangsa kita bisa melestarikan budaya budaya yang ada di indonesia ini karena kekayaan indonesia yang melimpah .kita bangga menjadi warga negara indonesia .mari kita sebagai penerus bangsa tetap melestarikan dan membudayakan tradisi dan khas aneka ragam dan aneka dari daerah manapun untuk kita jaga .

 

1.2 Tujuan

– mempelajari apa saja budaya yang ada di indonesia ini

– mengetahui betapa pentingnya budaya kita ini

 

BAB II

ISI/PEMBAHASAN


Ketika pemerintah mulai diperdebatkan di sana-sini, ketika para “pintar” bergentayangan di media elektronik, TV, Internet, FB, Twitter atau sejenisnya; ketika Tanah Pertiwi diguncang musibah terus menerus. Sejenak pantas kita diam, merenungi diri masing-masing dan bertanya dengan hati yang jujur “Apa yang salah dengan sikap kita? Mengapa kita banyak menuntut, tanpa bertanya apa yang sudah kita berikan pada Tanah Leluhur ini?.Rasanya perlu kita mengaca pada potret para tua yang telah berkorban jiwa-raga untuk kemerdekaan dan kemakmuran Negeri Tercinta ini.” Pertanyaan demikian sudah sering dilontarkan ke publik, namun mungkin perlu dicurigai “kesungguhan” dari niatnya. Sebab nyatanya kita tidak pernah memberi jawaban yang “tulus” padahal kita tidak “tuli”, kita t”bisu” atau tidak “buta.”

– Budaya-budaya yang ada diindonesia  

1.Gandrung banyuwangi

Image 

    Para penari gandrung bersenda gurau sebelum pentas. Tari Gandrung merupakan tarian khas Banyuwangi, Jawa Timur yang sudah sangan terkenal hingga ke manca negara. Kata “gandrung” sendiri artinya adalah terpesona, tergila-gila, suka yang yang teramat sangat (kedanan).Menurut catatan sejarah, gandrung pertama kalinya ditarikan oleh para lelaki yang didandani seperti perempuan dan, menurut laporan Scholte (1927), instrumen utama yang mengiringi tarian gandrung lanang ini adalah kendang. Pada saat itu, biola telah digunakan. Namun demikian, gandrung laki-laki ini lambat laun lenyap dari Banyuwangi sekitar tahun 1890an, yang diduga karena ajaran Islam melarang segala bentuk transvestisme atau berdandan seperti perempuan. Namun, tari gandrung laki-laki baru benar-benar lenyap pada tahun 1914, setelah kematian penari terakhirnya, yakni Marsa.

    Menurut sejumlah sumber, kelahiran Gandrungditujukan untuk menghibur para pembabat hutan, mengiringi upacara minta selamat, berkaitan dengan pembabatan hutan yang angker.Gandrung wanita pertama yang dikenal dalam sejarah adalah gandrung Semi, seorang anak kecil yang waktu itu masih berusia sepuluh tahun pada tahun 1895. Menurut cerita yang dipercaya, waktu itu Semi menderita penyakit yang cukup parah. Segala cara sudah dilakukan hingga ke dukun, namun Semi tak juga kunjung sembuh. Sehingga ibu Semi (Mak Midhah) bernazar seperti “Kadhung sira waras, sun dhadekaken Seblang, kadhung sing yo sing” (Bila kamu sembuh, saya jadikan kamu Seblang, kalau tidak ya tidak jadi). Ternyata, akhirnya Semi sembuh dan dijadikan seblang sekaligus memulai babak baru dengan ditarikannya gandrung oleh wanita.Tradisi gandrung yang dilakukan Semi ini kemudian diikuti oleh adik-adik perempuannya dengan menggunakan nama depan Gandrung sebagai nama panggungnya. Kesenian ini kemudian terus berkembang di seantero Banyuwangi dan menjadi ikon khas setempat. Pada mulanya gandrung hanya boleh ditarikan oleh para keturunan penari gandrung sebelumnya, namun sejak tahun 1970-an mulai banyak gadis-gadis muda yang bukan keturunan gandrung yang mempelajari tarian ini dan menjadikannya sebagai sumber mata pencaharian di samping mempertahankan eksistensinya yang makin terdesak sejak akhir abad ke-20.

2.Kasodo

Image

    Sejak Jaman Majapahit konon wilayah yang mereka huni adalah tempat suci, karena mereka dianggap abdi – abdi kerajaan Majapahit. Sampai saat ini mereka masih menganut agama hindu, Pada malam ke-14 Bulan Kasada, masyarakat Tengger mengadakan upacara Yadnya Kasada (Upacara Kasada).Upacara ini berlokasi disebuah pura yang berada dibawah kaki gunung Bromo. Dan setelah itu dilanjutkan kepuncak gunung Bromo. Upacara dilakukan pada tengah malam hingga dini hari.Masyarakat Tengger penganut Agama Hindu berbondong-bondong menuju puncak Gunung Bromo, dengan membawa ongkek yang berisi sesaji dari berbagai hasil pertanian, ternak dan sebagainya, lalu dilemparkan ke kawah Gunung Bromo sebagai sesaji kepada Dewa Bromo yang dipercayainya bersemayam di Gunung Bromo. Upacara korban ini memohon agar masyarakat Tengger mendapatkan berkah dan diberi keselamatan oleh Yang Maha Kuasa.

3.Lasem situs yang terlupakan

Image

Menandai milenium baru dengan karakter global, terbukti menyeret kita ke dalam semangat individualis- tik yang ujung-ujungnya berspirit Kapitalis. Manusia urban terus bertambah, berjejal mengisi ruang-ruang kota yang terbatas. Semua seolah rela demi sebuah “masa depan’ yang tidak dimengerti.Kota menjadi padat. Kota menjadi sebuah ikon kemajuan, potret modernisasi dengan ciri fisik, bangunan menjulang tinggi, serba tertutup kaca, dingin  beraroma harum parfum mahal. Berjajar komputer berdaya jangkau dunia. Benar yang ditulis Yasraf Amir Piliang dalam bukunya “Dunia yang dilipat”, secara implisit menyadarkan kita adanya sebuah sistem yang bekerja global dengan transformasi komunikasi digital.Kebalikan dari gambaran “kemajuan” di atas adalah “kemandegan” atau “ketertinggalan”.  Menjadi kajian menarik tatkala kita mau “melihat” dan meneliti  kota-kota dengan parameter di atas. Kota Lasem terletak di Jawa Tengah bagian Utara. Dalam dokumen “Indonesia Discovery” yang sempat penulis baca dan amati secara langsung di lapangan, kota tersebut memiliki persoalan tersendiri yang mengakibatkan pertumbuhannya “lamban’.

 

BAB III

PENUTUP

 1.3 Kesimpulan

dari cerita diatas dapat disimpulkan betapa banyaknya budaya yang ada di indonesia ini.dari sabang sampai merauke dari setiap daerah kota pulau begitu banyaknya budaya yang tersimpan di dalamnya.

 

1.4 Saran

sebagai penduduk indonesia kita harus menjaga dan melestarikan budaya yang ada sehingga tidak punah betapa besarnya arti dan setiap makna dari budaya tersebut.dan saling menhargai dan menghormati betapa pentingnya setiap budaya yang ada di indonesia ini.

 

DAFTAR PUSTAKA

http://www.indonesiadiscovery.net/news/detail/34/10

http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya